Crab, ktam, Ketam: Pertukaran pengetahuan tanpa berbasis hasil

Jika setia dengan prinsip bahwa bahasa bukan satu-satunya medium yang bisa dipakai sebagai perantara proses belajar, maka seharusnya saya juga percaya bahwa belajar bisa terjadi dimana saja. Sebagai sebuah proses pertukaran sesuatu, ia bisa berlangsung meski si pengajar (atau seseorang yang diposisikan sebagai pengajar), dan si murid (atau mereka yang diposisikan sebagai murid), berkomunikasi dengan cara yang berbeda. Si pengajar tidak terlalu menguasai bahasa lokal yang dipakai oleh kelompok murid. Dan mereka yang berada di kelompok murid tidak menguasai bahasa yang dipakai oleh si pengajar. Subyek yang diajarkan adalah Bahasa Inggris–sebuah bahasa asing bagi si pengajar dan kelompok murid.

Untuk melanjutkan pemikiran tentang bahasa sebagai bukan faktor determinan utama dalam proses belajar, ia menuju pada harapan yang berbeda dari belajar. Tapi hasil pengamatan sementara selama berada di Phnom Penh mengarahkan saya untuk mengubah persepsi dan harapan atas proses belajar. Belajar bahasa Inggris mungkin tidak serta merta menuju pada mendapatkan pengetahuan mendasar tentang bahasa Inggris. Pertukaran macam apa yang bisa diproduksi dari proses belajar seperti ini?

Suatu pengamatan kecil dari proses belajar Bahasa Inggris lewat menggambar menyediakan pengetahuan yang lebih mendalam atas karakter lain dari proses belajar. Ia bisa dipakai untuk menjawab pertanyaan diatas. Si pengajar menggambar kepiting dengan menggunakan kapur berwarna merah keunguan. Lalu ia berkata kepada para murid bahwa binatang tersebut adalah ‘crab’, kepiting dalam bahasa Inggris. Lalu seorang anak mengulangi “Crab”, sambil memandang gambar tersebut, dan lalu mengatakan, “Ktam!” Si pengajar bertanya ke si anak, “Katam?” Si anak mengulangi, “Ktam!” “Oh Ktam!” kata si pengajar. Mereka berdua tertawa. Saya mengamati dialog tersebut dan tersenyum mengingat ‘ktam’ berarti sama dengan ‘ketam’ dalam bahasa Indonesia. Dan keduanya menuju pada hal yang sama, meski ia juga bisa dirujuk sebagai ‘kepiting’.

It's crab in English. What is it in Cambodian? Katam? Ktam?
It’s crab in English. What is it in Cambodian? Katam? Ktam?

Situasi belajar yang saya amati mengindikasikan potensi pertukaran belajar. Si pengajar belajar bahasa lokal yang dipakai oleh si murid. Hal ini terjadi meskipun berlangsung dengan tingkat keseringan yang rendah. Juga ia terjadi secara jarang, karena amatan saya menunjukkan bahwa ia bukan sesuatu yang disengaja. Bahkan ia mungkin dianggap sebagai semacam lelehan, atau sisa-sisa, dari proses belajar. Dalam kasus ini, hal ini mengingat tujuan proses belajar adalah untuk belajar bahasa Inggris. Meskipun tampaknya tujuan belajar dalam konteks organisasi yang sedang kami amati ini mempunyai dimensi yang lebih luas dari sekedar kepemilikan pengetahuan mendasar kuat atas bahasa Inggris.

Saya tertarik untuk mengamati pertukaran yang tidak dipengaruhi oleh ‘hasil’ dari proses belajar. Hal-hal lain apa lagi yang bisa dipelajari oleh si pengajar dari si murid? Ini adalah aspek yang akan saya amati lebih jauh selama seminggu ke depan.

Menggambar rumah di sela-sela belajar
Menggambar rumah di sela-sela belajar

Saya akan menutup untuk sementara catatan kecil ini dengan merenungkan aktivitas menggambar yang dipilih sebagai metode untuk belajar bahasa. Aktivitas menggambar di luar ruang kelas saat itu berlangsung karena para murid merasa bosan duduk di dalam kelas. Di sela-sela proses menggambar (dan belajar bahasa Inggris), saya mengamati beberapa anak menggunakan kesempatan tersebut untuk menggambar sesuai keinginan mereka sendiri. Hal-hal apa yang bisa dipelajari dari proses belajar, yang diselingi dengan aktivitas menggambar, dan digunakan oleh para murid untuk melakukan aktivitas bermainnya sendiri? Apakah ia bisa didayagunakan sebagai metode untuk mengkonseptualisasikan pertukaran nonhasil dari belajar?

Nuraini Juliastuti