Penciptaan Rumah Warga Kampung Pecinan Tambak Bayan Surabaya oleh Isna Cahya


Rumah Om Seno
1970
Keluarga Om Seno menempati petak rumah berukuran 4 x 5 meter sejak tahun 1930. Saat itu yang menempati rumah adalah:
- Kakek (Tjiang Ju)
- Nenek (Yu Djui)
- Saudara Kakek (Giok Kung, di Malang)
- Saudara Kakek (Asok, Wafat Muda)
- Papa (Awing, meninggal umur 47 tahun 1967)
- Mama (Wak Min)
- Saudara (Thai Khu)
- Saudara (Awing)
- Saudara (Asok Bo)
- Saudara (Ako Ajik, di Malang)
- Saudara (Ako Yek Moi)
- Saudara (“Sok” Djiang)
Mereka tinggal di rumah dengan loteng belakang yang berukuran separuh dari ruangan bawah. Dengan berjalannya waktu hingga tahun 1970, beberapa saudara meninggalkan Tambak Bayan karena menikah. Sehingga yang menempati rumah tersebut hanya 4 orang:
- Nenek (Yu Djui)
- Mama (Wak Min)
- Saudara (Thai Khu)
- Anak Thai Khu (Yanuar Subono)
Pembagian tempat tidur saat itu yaitu nenek berada di ranjang bawah, sedangkan mama dan 2 orang lain tidur di loteng beralaskan kasur gelar. Pada tahun 1970 ini, Om Seno tidak menempati Tambak Bayan, tapi tinggal di Kapas Krampung untuk bersekolah bersama pamannya.

1980
Penerangan yang digunakan pada petak-petak rumah di Tambak Bayan sebelum tahun 1980 merupakan 1 lampu kuning yang dibagi menjadi 2 petak rumah. Menurut Om Seno pada saat itu suasana rumah dan kampung memiliki kesan seram, sehingga beberapa warga hanya beraktivitas sampai maghrib. Tetapi sejak tahun 1980, tiap rumah sudah memiliki lampu sendiri-sendiri sesuai kebutuhan.
Rumah Om Seno pada periode ini hanya ditempati oleh Mama dan Nenek. Saat itu Mama ikut bekerja di catering Mama Bu Oei. Selain ikut catering, Mama juga sudah biasa memasak beberapa masakan yang dipasarkan sendiri, bahkan Om Seno juga diajarkan memasak beberapa jenis masakan.

1990
Pada akhir 1980 Kakak Om Seno (Urip Atmodjo) dan Om Seno (Suseno Karja) pindah ke Tambak Bayan tetapi Kakak Om Seno tidak lama tinggal di Tambak Bayan karena ikut bekerja dengan saudaranya ke Malang, sedangkan Om Seno kerja ke Bali pada tahun 1989 selama setahun. Setelah kerja di Bali, Om Seno kembali ke Tambak Bayan. Pada saat itu nenek sedang sakit, sehingga Om Seno juga ikut merawat nenek. Bahkan beberapa kali menggendong nenek untuk berjemur didepan menggunakan kursi dalam rumah yang di angkat kedepan rumah. Pada saat itu matahari masih bisa masuh sampai kedalam rumah, tetapi saat ini beberapa warga menutup depan rumah mereka dengan naungan yang menghalangi matahari masuk.
Nenek meninggal pada akhir 1990, pada saat nenek meninggal salah satu saudara Om Seno meminta untuk merawat jenazah nenek dan kakek, sedangkan jenazah Papa di kremasi. Hal itu menjadikan meja sembahyang gantung yang sebelumnya ada di rumah Om Seno tidak ada lagi, foto dari Kakek, Nenek, dan Papa masih dipajang di tembok rumah Om Seno. Setalah Meja Sembahyang Gantung tidak ada, Om Seno biasanya menggunakan meja yang terkadang pinjam ke Yayasan untuk sembahyang. Makanan khas yang sering dibuat Om Seno saat sembahyang adalah Kuah Fucuk (isi ceker ayam, kacang tanah, tahu kering, tahu halus).
1991
Pada tahun 1991, rumah Om Seno mengalami perubahan pemindahan tangga yang awalnya di tengah menjadi di pojok kanan rumah. Saat itu yang tinggal di rumah hanya Om Seno dan Mama. Mama tidur dibawah, di ranjang yang dahulu digunakan Nenek. Sedangkan Om Seno tidur di loteng dengan menggunakan kasur berbahan spons.Pada tahun ini listrik yang awalnya berukuran 450 Kwh menjadi 900 Kwh karena pada saat itu sudah ada penambahan barang elektronik seperti kulkas dan TV.
Tahun 2006, Mama Om Seno meninggal dunia. Om Seno merawat ibunya sejak sakit di rumah sampai harus dibawa ke rumah sakit. Pada hari peringatan sembahyang Rebutan, Om Seno pulang ke rumah dari rumah sakit untuk menyipakan sembahyang, tetapi pada hari yang sama ibu Om Seno meninggal dunia.

2007
Selepas meninggalnya Mama Om Seno, ranjang dibawah di bongkar agar memberi ruangan yang lebih luas. Sedangkan kasur kapuk yang berada di bawah diganti dengan kasur spons yang sebelumnya berada di atas. Om Seno tinggal di rumah tersebut sendirian sampai tahun 2020. Keponakan Om Seno tinggal di rumah tersebut dan menempati loteng atas untuk tidur. Saat ini, alas tidur di loteng atas adalah karpet. Dengan berkembangnya waktu Om Seno secara swadaya mengganti lantai bagian Ruang Serbaguna dengan keramik, yang sebelumnya merupakan plaster semen. Hingga saat ini yang tinggal di rumah adalah Keponakan Om Seno yang bekerja di Pertamina dan Om Seno yang aktif berkegiatan di Ikatan Pekerja Sosial Masyarakat.

